Para “Nabi” dan “Rasul”
Palsu Sepanjang Sejarah
AI-Aswad
al-'Ansi di Yaman
Dia mulai mengaku menjadi
nabi di akhir kehidupan Nabi Muhammad. Kemurtadannya adalah sejarah kemurtadan
pertama sejak Nabi wafat. Dia dan pengikutnya mampu menguasai Yaman.
Rasulullah mengirimkan
surat untuk muslimin di Yaman agar melakukan perlawanan. Mereka memenuhi ajakan
Nabi. Hingga akhirnya mereka berhasil membunuh nabi palsu ini.
Inilah kematian tragis nabi
palsu. Kematiannya di tangan istrinya sendiri yang dinikahinya dengan paksa
setelah membunuh suaminya. Istrinya adalah seorang mukminah.
Sejak mengaku menjadi nabi
hingga terbunuh, hanya berselang 3 sampai 4 bulan saja.
Thulaihah
bin Khuwailid al-Asadi
Sebenarnya, dia pernah
datang menghadap Nabi Muhammad yang tergabung dalam urusan Bani Saad pada tahun
9 H dan menyatakan masuk Islam.
Dia mengaku menjadi nabi
saat Nabi Muhammad masih hidup. Nabi mengutus Dhirar bin al-Azwar agar
menangani kasus pemurtadan tersebut. Saat kekuatan Thulaihah melemah, ternyata
Dhirar tidak kunjung membunuhnya. Isu yang tersebar di masyarakat adalah bahwa
Thulaihah tidak mempan dipenggal pedang.
Maka setelah Nabi Muhammad
wafat, justru pengikut Thulaihah menguat. Saat kekhilafahan dipegang oleh Abu
Bakar, dia mengutus pasukan di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Thulaihah
berikut istrinya melarikan diri ke Syam dan taubat di sana. Dia menjalankan
tugas jihad dalam Islam setelah itu dengan baik, hingga syahid di Nahawand.
Dia juga datang kepada Nabi
pada tahun 9 H sebagai bagian dari utusan Bani Hanifah. Setelah kembali ke
negerinya Yamamah, dia murtad dan malah mengaku menjadi nabi. Bahkan
menyebarkan fitnah dengan mengatakan bahwa: saya telah berbagi dengan Muhammad
pada masalah nubuwwah ini.
Musailamah mengaku mendapat
wahyu di kegelapan. Beberapa syair buatannya yang diklaim sebagai wahyu dicatat
dalam sejarah sebagai bukti kedustaannya karena memang hanya syair yang secara
isi tidak pantas menjadi wahyu.
Abu Bakar di masa
kekhilafahannya mengutus pasukan di bawah komando Khalid bin Walid, Ikrimah bin
Abi Jahal dan Syarahbil bin Hasanah. Musailamah ketika itu membawa pasukan
sangat besar sebanyak 40.000 orang. Hingga akhirnya Musailamah terbunuh di
tangan Wahsyi.
Sajah
binti al-Harits at-Taghlibiyyah
Ini wanita pertama yang mengaku
menjadi nabi. Dulunya dia beragama nasrani. Setelah nabi wafat, dia mengaku
menjadi nabi. Dia mendapatkan pengikut dari kaumnya dan kemudian melakukan
ekspansi ke suku sebelah yaitu Bani Tamim.
Hingga dia sampai di
Yamamah, tempat Musailamah berada. Di Yamamah, justru Sajah beriman kepada
kenabian Musailamah dan akhirnya bersedia untuk dinikahi oleh Musailamah.
Setelah Musailamah terbunuh, ia kembali ke sukunya di Bani Taghlib dan taubat
dengan baik. Kemudian dia pindah ke Bashrah dan meninggal di sana.
Al-Mukhtar
bin Abi Ubaid ats-Tsaqafi
Dia hidup di masa tabiin.
Pada awalnya dia menampakkan kesyiahannya sehingga pengikutnya banyak yang
berasal dari syiah. Hingga ia mengaku bahwa Jibril telah datang kepadanya.
Dia berhasil menguasai
Kufah dan sekitarnya serta berhasil menghabisi mereka yang memerangi Husain bin
Ali di Karbala.
Mush'ab bin az-Zubair telah
berkali-kali memerangi dia. Sampai kemenangan diraih Mush'ab dan al-Mukhtar
berhasil dibunuh.
Dia memunculkan diri pertama
kali sebagai ahli ibadah di kota Damaskus. Kemudian setelah itu mengaku sebagai
nabi. Ketika informasi tentang nabi palsu ini sampai kepads Khalifah Abdul
Malik bin Marwan, al-Harits bersembunyi hingga tidak diketahui kabarnya. Sampai
salah seorang dari penduduk Bashrah mengetahui keberadaannya. Orang itu
berpura-pura beriman kepada al-Harits untuk kemudian meminta agar al-Harits
memudahkannya untuk mengakses al-Harits. Setelah disepakati, orang itu
menghubungi Khalifah Abdul Malik dan memberitahukan informasi ini. Dan akhirnya
berhasil ditangkap dan dibawa menghadap Abdul Malik.
Abdul Malik memerintah para
ulama agar mengajarinya dan menasehatinya bahwa apa yang dilakukannya adalah
dari bisikan syetan. Ternyata al-Harits menolak nasehat. Dan akhirnya Abdul
Malik membunuhnya dengan menyalibnya.
Mirza Ali
Muhammad Ridha asy-Syirazi 1230H - 1266H (1819M - 1850M)
Tahun 1259 H dia ke Baghdad
dan sering duduk di majlis Imam Syiah Kadzim ar-Rasyti. Di sanalah ia
berkenalan dengan seorang intelejen dari Rusia yang mengaku telah masuk Islam
dengan berganti nama Isa an-Nakrani. Intel Rusia ini mulai mendekati dan
menunjukkan bahwa dialah kelak al-Mahdi yang ditunggu setelah kematian
ar-Rasyti.
Pada malam Kamis 5 Jumadil
Ula 1260 / 23 Maret 1844 dia mengumumkan bahwa dirinya adalah al-Bab yang dalam
keyakinan Bahaiyyah sebagai pencipta segala sesuatu, yang muncul setelah
kematian ar-Rasyti tahun 1259. Dan juga mengumumkan bahwa dirinya adalah rasul
seperti Musa, Isa dan Muhammad dan bahkan lebih mulia dari mereka.
Pengikut majlis ar-Rasyti
menjadi pengikutnya, kemudian dia memilih 18 dai untuk menyebarkan ajarannya
yang disebut dengan Huruf al-Hayy.
Sampai akhirnya ditangkap
pada tahun 1261, kemudian dia mengumumkan taubatnya di mimbar Masjid al-Wakil.
Tahun 1266 mengaku bahwa
ketuhanan telah menyatu dalam diri dan fisiknya. Setelah didebat oleh para
ulama di zamannya, dia berpura-pura taubat tetapi tidak dipercaya. Akhirnya
dihukum mati. Tetapi penulis wahyunya Husain al-Yazdi yang telah menyatakan
taubat dan berlepas diri dari pemahaman tersebut sebelum hukuman mati
dilaksakanan, dibebaskan pada 27 Sya'ban 1266/8Juli 1850.
Husain
bin Ali bin al Mirza Abbas
Dia dilahirkan di Teheran
tahun 1233 H / 1817 M dan mati di Aka Palestina tahun 1309 H/ 1892 M. Mendapat
julukan Baha'Allah. Pengikutnya kemudian dikenal dengan bahaiyyah.
Dia berseberangan dengan
saudaranya yang dianggap sebagai khalifah pengganti yaitu Yahya bin Ali. Husain
menganggap bahwa dirinyalah yang ditunjuk secara sah oleh al-Bab. Dan diapun
mengaku sebagai Rasul yang merupakan tempat penjelmaan tuhan. Hingga
anaknya yang kelak menjadi penerusnya yang bernama Abbas Afandi diberi gelar
Abdul Baha' (Hamba Baha').
Dalam buku-bukunya dia
menyerukan untuk perkumpulan zionis di bumi palestina.
Mirza
Ghulam Ahmad (1835-1908)
Inilah nabi palsu dari
India yang didukung oleh Inggris. Dia mengumumkan diri menjadi nabi pada
tanggal 23 Maret 1889 di sebuah kota bernama Ludhiana di Punjab, India.
Dia mengaku sebagai
al-Masih dan sekaligus al-Mahdi yang kedatangan kedua kalinya akan terjadi di
akhir zaman nanti. Selain dia juga mengaku menerima wahyu dari Jibril yang
dikumpulkan dalam kitab Tadzkirah yang sesungguhnya banyak yang dibajak dari
ayat al-Qur'an.
Para pengikutnya dikenal
dengan Ahmadiyah. Inilah yang banyak pengikutnya di Indonesia. Walau kemudian
mereka sendiri terpecah menjadi Lahore dan Qadhiyan.
Penelitian LPPI tahun 2005
menyatakan bahwa cabang mereka di Indonesia telah berjumlah 305, yang pada
tahun 1980 baru 45 cabang saja.
Kematiannya juga tragis. Kisahnya,
pada tahun 1326 H Mirza Ghulam menantang Syekh Tsanaullah al-Amrtusri untuk
mubahalah (saling mendoakan celaka bagi yang dusta). Keduanya bermubahalah agar
yang dusta mati dengan terkena tha'un dan mati pada tahun di mana lawan
mubahalahnya masih hidup. Ternyata terjadi seperti yang diinginkan. Nabi palsu
itu mati dengan terkena kolera, 13 bulan 10 hari setelah mubahalah tersebut.
Dia asli Sudan, yang
menyesatkan masyarakat dengan tulisan-tulisannya dan makalahnya. Tahun 1985
telah dihukum mati oleh pemerintah Sudan.
wallahua'lam